Pesan

Call +6281224630041

Translate

Sabtu, 25 Oktober 2014

KALORI DALAM TRANSAKSI BATU BARA



KALORI DALAM TRANSAKSI BATUBARA 

Sebagaimana disebutkan dalam pembahasan terdahulu bahwa faktor Kalori adalah faktor penting dalam transaksi batubara, maka dibawah ini adalah uraian mengenai hal tersebut.

Dalam kontrak pembelian batubara, persyaratan kalori oleh sebagian besar konsumen jepang selama ini adalah GCV (Gross Caloric Value) dalam basis ADB, akan tetapi belakangan ini sebagiannya mulai berubah ke GCV dalam basis ARB, dan sebenarnya di Eropa Barat kontrak berbasis ARB untuk GCV ini sudah menjadi mayoritas dalam transaksi batubara saat ini, Bahkan dalam perkembangannya beberapa konsumen juga mulai beralih ke persyaratan kalori dalam NCV (Nett Caloric Value) berbasis ARB.

Perbedaan antara basis ARB & ADB sudah dijelaskan di artikel terdahulu, adapun yang dimaksud dengan GCV dan NCV akan diterangkan seperti dibawah ini.

Pada saat pembakaran batubara di Boiler, air yang menempel di batubara (TM) serta air yang terbentuk dari persenyawaan hidrogen yang terkandung didalam batubara dan oksigen, akan menjadi uap air, setelah melalui proses pemanasan dan penguapan.

Karena tidak memberikan nilai tambah apapun dalam konversi ke enrgi yang di dapat dimanfaatkan selain untuk menguapkan air dalam batubara saja, maka kalor yang digunakan untuk proses tersebut disebut KALOR LATEN. Jika Kalor Laten ini diikut sertakan dalam analisis, maka kalori dalam batubara yang bersangkutan disebut dengan GCV atau HHV (Higher Heating Value) dan jika vaktor kalor laten ditiadakan maka disebut dengan NCV atau LHV (Low Heating Value). Hubungan antara GCV dan NCV ditunjukan oleh persamaan (dalam standar JIS) seperti dibawah ini :

NCV (Kcal/Kg) = GCV (Kcal/Kg) - 6 (9H + W)

Dimana :

H  = Kadar Hidrogen dalam %.....Analisis Ultimat
W = Kadar Air dalam %....Analisis Proksimat

Basis analisis untuk kalori, Hidrogen dan kadar air harus sama.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tampilan besaran kalori dalam NCV menunjukan kalor atau energi panas efektif yang terkandung dalam batubara yang digunakan untuk konversi energi yang bermanfaat, kemudian dari persamaan diatas terlihat pula bahwa bila kandungan hidrogen dan kadar air dalam batubara sedikit, maka selisih NCV dan GCV tidak terlalu signifikan, perbedaan yang besar dalam kedua tampilan tadi akan muncul pada batubara muda yang masih memiliki kadar air dan hidrogen yang banyak.

Dari paparan diatas maka persyaratan kalori dalam transaksi batubara dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1. GAD (Gross CV, ADB) 

Untuk kondisi ini tampilan kalori cenderung tidak menunjukan besaran kalor secara tepat yang akan digunakan dalam pemanfaatan batubara, karena Free Moisture tidak termasuk didalamnya.

2. GAR (Gross CV, ARB)

Karena analisis untuk kalori dalam kondisi ini memasukan kadar air total, maka kondisi ini menunjukan batubara menunjukan siap digunakan, akan tetapi tampilan kalori masih belum menunjukan kalor yang efektif untuk dimanfaatkan dalam konversi energi yang bermanfaat.

3. NAR (Nett CV, ARB)

Kondisi inilah yang benar-benar menampilkan energi panas efektif dalam pemanfaatan batubara.

Untuk mendapatkan nilai GCV dalam NAR ini perlu dilakukan perhitungan dengan rumus seperti dibawah ini :

NAR (kcal/kg) = GAR (kcal/kg) – 50.7H – 5.83TM
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persamaan diatas adalah :

- NAR adalah NCV dalam ARB.

- GAR adalah GCV dalam ARB, karena biasanya dalam ADB maka harus
  dikonversi ke ARB.

- H (kadar Hidrogen) biasanya dalam DB atau DAF sehingga harus dikonversi
  dalam ARB.

Tidak ada komentar: