KALORI
DALAM TRANSAKSI BATUBARA
Sebagaimana
disebutkan dalam pembahasan terdahulu bahwa faktor Kalori adalah faktor penting
dalam transaksi batubara, maka dibawah ini adalah uraian mengenai hal tersebut.
Dalam
kontrak pembelian batubara, persyaratan kalori oleh sebagian besar konsumen
jepang selama ini adalah GCV (Gross Caloric Value) dalam basis ADB, akan tetapi
belakangan ini sebagiannya mulai berubah ke GCV dalam basis ARB, dan sebenarnya
di Eropa Barat kontrak berbasis ARB untuk GCV ini sudah menjadi mayoritas dalam
transaksi batubara saat ini, Bahkan dalam perkembangannya beberapa konsumen
juga mulai beralih ke persyaratan kalori dalam NCV (Nett Caloric Value)
berbasis ARB.
Perbedaan
antara basis ARB & ADB sudah dijelaskan di artikel terdahulu, adapun yang
dimaksud dengan GCV dan NCV akan diterangkan seperti dibawah ini.
Pada
saat pembakaran batubara di Boiler, air yang menempel di batubara (TM) serta
air yang terbentuk dari persenyawaan hidrogen yang terkandung didalam batubara
dan oksigen, akan menjadi uap air, setelah melalui proses pemanasan dan
penguapan.
Karena
tidak memberikan nilai tambah apapun dalam konversi ke enrgi yang di dapat
dimanfaatkan selain untuk menguapkan air dalam batubara saja, maka kalor yang
digunakan untuk proses tersebut disebut KALOR LATEN. Jika Kalor Laten
ini diikut sertakan dalam analisis, maka kalori dalam batubara yang
bersangkutan disebut dengan GCV atau HHV (Higher Heating Value) dan jika vaktor
kalor laten ditiadakan maka disebut dengan NCV atau LHV (Low Heating Value).
Hubungan antara GCV dan NCV ditunjukan oleh persamaan (dalam standar JIS)
seperti dibawah ini :
NCV
(Kcal/Kg) = GCV (Kcal/Kg) - 6 (9H + W)
Dimana
:
H = Kadar
Hidrogen dalam %.....Analisis Ultimat
W = Kadar Air dalam
%....Analisis Proksimat
Basis analisis untuk
kalori, Hidrogen dan kadar air harus sama.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa tampilan besaran kalori dalam NCV menunjukan
kalor atau energi panas efektif yang terkandung dalam batubara yang digunakan
untuk konversi energi yang bermanfaat, kemudian dari persamaan diatas terlihat
pula bahwa bila kandungan hidrogen dan kadar air dalam batubara sedikit, maka
selisih NCV dan GCV tidak terlalu signifikan, perbedaan yang besar dalam kedua
tampilan tadi akan muncul pada batubara muda yang masih memiliki kadar air dan
hidrogen yang banyak.
Dari
paparan diatas maka persyaratan kalori dalam transaksi batubara dapat dibagi
menjadi 3, yaitu :
1.
GAD (Gross CV, ADB)
Untuk
kondisi ini tampilan kalori cenderung tidak menunjukan besaran kalor secara
tepat yang akan digunakan dalam pemanfaatan batubara, karena Free Moisture
tidak termasuk didalamnya.
2.
GAR (Gross CV, ARB)
Karena
analisis untuk kalori dalam kondisi ini memasukan kadar air total, maka kondisi
ini menunjukan batubara menunjukan siap digunakan, akan tetapi tampilan kalori
masih belum menunjukan kalor yang efektif untuk dimanfaatkan dalam konversi
energi yang bermanfaat.
3.
NAR (Nett CV, ARB)
Kondisi
inilah yang benar-benar menampilkan energi panas efektif dalam pemanfaatan
batubara.
Untuk
mendapatkan nilai GCV dalam NAR ini perlu dilakukan perhitungan dengan rumus
seperti dibawah ini :
NAR (kcal/kg) = GAR (kcal/kg) – 50.7H – 5.83TM
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam persamaan diatas adalah :
-
NAR adalah NCV dalam ARB.
-
GAR adalah GCV dalam ARB, karena biasanya dalam ADB maka harus
dikonversi ke ARB.
-
H (kadar Hidrogen) biasanya dalam DB atau DAF sehingga harus dikonversi
dalam ARB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar